Posisi statis dalam bekerja kadang-kadang tidak dapat
terhindarkan. Bila keadaan statis tersebut bersifat kontinu maka dapat
menyebabkan gangguan kesehatan antara lain nyeri punggung bawah. Nyeri punggung
bawah yang timbul dapat mengakibatkan kehilangan jam kerja sehingga mengganggu
produktivitas kerja. Duduk yang lama menyebabkan beban yang berlebihan dan
kerusakan jaringan pada vertebra lumbal. Kursi yang ergonomis digunakan sebagai
salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya nyeri punggung bawah. Tujuan:
Untuk mengetahui perbedaan keluhan nyeri punggung bawah pada pembatik yang
bekerja menggunakan kursi ergonomis dan non ergonomis Metode Penelitian: Jenis
penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif analitik dengan
menggunakan rancangan penelitian potong lintang (crossectional) untuk
mengetahui perbedaan antara dua variabel yang dilakukan pada saat bersamaan
(point time approact). Hasil: Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh tenaga
Fisioterapis didapatkan hasil bahwa terdapat 17 responden yang mengalami nyeri
(85%) dan 3 responden yang tidak mengalami nyeri (15%). Dari 17 responden yang
mengalami nyeri punggung bawah, sebanyak 5 responden sudah menggunakan kursi
kerja ergonomis dan 12 responden yang menggunakan kursi kerja non ergonomis. Pengukuran
kursi kerja yang digunakan responden dan pengukuran antropometri, kursi kerja
yang ergonomis yang digunakan responden adalah kursi kerja nomor I, II, III,
VII, VIII, IX dan XI dengan ukuran tinggi: 89 cm, tinggi alas duduk 50 cm,
lebar 37 cm, panjang 44 cm dan tinggi sandaran punggung 33 cm. Kesimpulan:
Tidak terdapat perbedaan antara keluhan nyeri punggung bawah pada penggunaan
kursi kerja ergonomis dan non ergonomis yang dapat dilihat dari hasil uji
fisher exact test pada nilai sig 2-sided > alfa (0,270 > 0,05). Kata
Kunci: Nyeri Punggung Bawah, Kursi Kerja ¹ Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Universitas Respati Yogyakarta ² Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Respati Yogyakarta ³ Program Studi Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta DIFFERENCE IN COMPLAINTS FOR LOW BACK PAIN IN THE USE OF ERGONOMIC
AND NON ERGONOMIC WORK CHAIR IN BATIK WORKERS AT PLENTONG BATIK FACTORY
YOGYAKARTA Liza Nila Andika 1 , Ariyanto Nugroho 2 , Bambang Suwerda 3 ABSTRACT
Background: Static position during the work is sometimes unavoidable. If the
condition continues, it can cause health problems such as low back pain. Low
back pain may disrupt productivity. Sitting for a long time will cause
excessive burden and tissue damage of lumbal vertebra. Ergonomic chair is used
as an effort to minimize the incidence of low back pain. Objective: To identify
the difference in complaints for low back pain in batik workers using ergonomic
and non ergonomic work chair. Method: The study was analytic descriptive with
cross sectional design to identify the difference between two variables
undertaken with a point time approach. Results: The result of examination made
by physiotherapist showed that 17 respondents (85%) encountered pain and 3
respondents (15%) did not encounter pain. Out of 17 respondents that had low
back pain, 5 had used ergonomic work chair and 12 did not use ergonomic work
chair. The result of measurement on work chair used by the respondents and
anthropometric measurement showed that ergonomic work chairs used by the
respondents were work chairs no. I, II, III, VII, VIII, IX, and XI with height
89 cm, height of cushion 50 cm, width 37 cm, length 44 cm and height of
backrest 33 cm. Conclusion: There was no difference in complaints for low back
pain in the use of ergonomic and non ergonomic work chairs as indicated from
the result of Fisher exact test in score of sig 2-sided > alpha (0.270 >
0.05). Keywords: low back pain, work chair, ergonomic aspects, batik factory 1.
Public Health Student, Respati University Yogyakarta 2. Public Health Study
Program, Respati University Yogyakarta 3. Environmental Health Study Program,
Health Polytechnic Yogyakarta PENDAHULUAN Penerapan faktor ergonomi sangat
penting dilakukan, terutama pada sektor industri maupun jasa, yaitu dalam
pengaturan sikap, tata cara dan perencanaan alat kerja yang tepat. Masalah yang
diakibatkan oleh faktor yang tidak ergonomi mempunyai dampak buruk terhadap
pekerja yang akan menyebabkan gangguan baik secara fisik maupun secara
psikologis. Gangguan ini biasanya berhubungan dengan pekerjaan dimana terjadi
ketidaksesuaian antara keadaan tubuh dengan kapasitas fisik tubuh seseorang (1)
. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan
dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa
nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja
untuk alat pekerja visual (visual display unitstation). Hal itu adalah untuk
mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain untuk perkakas kerja
(handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen
dan sistem pengendalian agar didapat optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya
resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat (2) . Terkait dengan
penyakit akibat kerja atau hubungan kerja yang termasuk dalam lingkup locomotor
disorders, antara lain adalah nyeri punggung bawah. Penyakit tersebut merupakan
salah satu jenis penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius di lingkungan
perusahaan dan tenaga kerja, mengingat besarnya kompensasi biaya dan waktu
kerja yang hilang akibat timbulnya penyakit tersebut (3) . Low back pain (nyeri
punggung bawah) merupakan fenomena yang seringkali dijumpai pada setiap pekerjaan.
Posisi statis dalam bekerja kadang-kadang tidak dapat terhindarkan. Bila
keadaan statis tersebut bersifat kontinu maka dapat menyebabkan gangguan
kesehatan antara lain nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah yang timbul
dapat mengakibatkan kehilangan jam kerja sehingga mengganggu produktivitas
kerja. Duduk yang lama menyebabkan beban yang berlebihan dan kerusakan jaringan
pada vertebra lumbal. Prevalensi nyeri punggung bawah karena posisi duduk
besarnya 39,7%, di mana 12,6% sering menimbulkan keluhan, 1,2% kadang-kadang
menimbulkan keluhan dan 25,9% jarang menimbulkan keluhan (4) . Nyeri pungung
bawah sering dijumpai dalam praktek sehari-hari terutama di negara-negara
industri termasuk Indonesia. Diperkirakan 70-85% dari seluruh penduduk di
negara maju pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya
bervariasi dari 15-45% dengan point prevalence rata-rata 30%, sekitar 80-90%
pasien nyeri punggung bawah menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha
apapun untuk mengobati penyakitnya. Di Amerika Serikat keluhan nyeri punggung
bawah ini menempati urutan kedua, keluhan tersering setelah nyeri kepala. Data
kasus menunjukkan bahwa pasien usia lebih dari 40 tahun yang datang dengan
keluhan nyeri punggung bawah jumlahnya cukup banyak dan lebih dari 80%
penduduknya pernah mengeluhkan nyeri punggung bawah. Saat ini, 90 % kasus nyeri
punggung bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik melainkan oleh kesalahan
posisi tubuh dalam bekerja. Menurut data, dalam satu bulan rata-rata 23 %
pekerja tidak bekerja dengan benar dan absen kerja selama 8 hari dikarenakan
sakit pinggang. Berdasarkan hasil survei tentang akibat sakit leher dan
pinggang, produktivitas kerja dapat menurun sehingga hanya tinggal 60 % (5) .
Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar “common sense”
(dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika
sekiranya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar penerapan
suatu prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi
belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan tetapi
masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Karakteristik
fungsional dari manusia seperti kemampuan penginderaan, waktu respon/tanggapan,
daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki untuk efisiensi kerja otot merupakan
suatu hal yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat awam. Agar didapat
suatu perancangan pekerjaan maupun produk yang optimum daripada tergantung dan
harus dengan “trial and error” maka pendekatan ilmiah harus segera diadakan (2)
. Pada observasi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2011 di
pabrik batik Plentong diketahui jumlah pembatik adalah 20 orang, 10 laki-laki
dan 10 perempuan. Jumlah kursi ergonomis 7 dan non ergonomis 13. Tingkat
pendidikan para pembatik mayoritas tamatan sekolah dasar. Penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja di pabrik batik Plentong belum maksimal karena masih
ditemukan kursi kerja pembatik yang belum sesuai dengan antropometri para
pembatik, tata letak peralatan yang belum sesuai, posisi kerja yang monotoni.
Semua pembatik yang bekerja baik dengan posisi berdiri, duduk di kursi yang
ergonomis dan non ergonomis semuanya mengeluh sering merasa pegal, nyeri di
daerah bahu, pinggang dan leher. Bahkan pembatik mengatakan bahwa keluhan nyeri
yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas sehari- hari. Penyebab keluhan ini
belum diketahui secara pasti. Suma’mur (1994) menyatakan bahwa penerapan
ergonomi pada perusahaan kecil dan sektor informal belum mendapat perhatian
yang layak. Interaksi antara sarana dan prasarana dengan tenaga kerja tidak
sepenuhnya diperhatikan, sebagai contoh adalah terjadinya gangguan sistem gerak
(6) . Berdasarkan observasi bahwa penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di
Pabrik Batik Plentong, peneliti ingin meneliti tentang perbedaan keluhan nyeri
punggung bawah pada penggunaan kursi kerja ergonomis dan non ergonomis pembatik
di Pabrik Batik Plentong Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, data yang diambil
adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan hasil pemeriksaan
dari tenaga Fisioterapis Terakreditasi dan kuesioner. Penelitian dilaksanakan
tanggal 6 juni 2012. Teknik sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling.
Sampel penelitian ini yaitu responden yang bekerja di bagian pembatikan yaitu
sebanyak 20 pembatik. Teknik analisa data dari hasil penelitian ini dilakukan
dengan uji statistik Fisher Exact Test. Jalannya penelitian dimulai yaitu yang
pertama persiapan penelitian yaitu meliputi pengumpulan bahan pustaka,
pengajuan judul, setelah disetujui kemudian studi pendahuluan dilanjutkan
penyusunan proposal penelitian dan konsultasi dosen pembimbing, kemudian
mengadakan seminar proposal. Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan meliputi
pengurusan izin penelitian, pengadaan alat pengumpulan data, pemeriksaan oleh
tenaga ahli, pengukuran antropometri oleh tenaga dari Balai Hiperkes,
pengumpulan data editing, coding dan scoring pada hasil penelitian. Tahap
ketiga yang merupakan tahap akhir penelitian menyimpulkan hasil penelitian,
bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II, mengadakan seminar hasil
Skripsi, menyerahkan laporan penelitian dan publikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN 1. Deskripsi Karakteristik Responden Karakteristik responden
penelitian ini diamati berdasarkan umur, jenis kelamin, lama kerja, masa kerja
dan pengukuran antropometri.Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pada Pembatik di Pabrik
Batik Plentong Yogyakarta Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur ≤ 31
tahun > 31 tahun 3 17 15 85 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 10 10 50,0
50,0 Lama kerja ≤ 8 jam ˃ 8 jam 18 90,0 2 10,0 Masa Kerja 0 – 10 tahun 11 - 20
tahun 21 - 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 5 3 3 6 3 25 15 15 30 15 Jumlah
20 100,0 Sumber: Data Primer 2012 Karakteristik responden berdasarkan umur
responden diketahui umur responden terbanyak pada umur > 31 tahun dan
termasuk golongan dewasa tua terdapat 14 orang (70,0%) dan paling sedikit umur
≤ 31 tahun dan tergolong dewasa muda sebanyak 2 orang (10,0%). Berdasarkan lama
kerja diketahui lama kerja sebagian besar responden adalah ≤ 8 jam sebanyak 18
orang (90,0%). Dilihat dari jenis kelamin responden bahwa jenis kelamin
responden laki-laki dan perempuan berjumlah 10 orang (50,0%). Berdasarkan masa
kerja responden sebagian besar berada pada interval 31-40 tahun (30,0%). 2.
Hasil Pengukuran Kursi Kerja Pembatik Tabel 4.2. Pengukuran Kursi Kerja
Responden N o Ket Kursi I Kursi II Kursi III Kursi VII Kursi VIII Kursi IX
Kursi XI 1 Tinggi 89 cm 90 cm 90 cm 90 cm 89 cm 90 cm 89 cm 2 Panjang 44 cm 45
cm 45 cm 44 cm 46 cm 46 cm 45 cm 3 Lebar 37 cm 37 cm 37 cm 37 cm 39 cm 39 cm 36
cm 4 Tsp 33 cm 33 cm 33 cm 33 cm 34 cm 34 cm 33 cm 5 Tad 50 cm 47 cm 46 cm 46
cm 47 cm 47 cm 49 cm Sumber : Data Primer 2012 Ket : Tsp (Tinggi sandaran
punggung) Tad (Tinggi alas duduk) Berdasarkan hasil penelitian pada pengukuran
kursi kerja, 7 diantaranya sudah memenuhi syarat atau sudah ergonomis dilihat
dari tinggi alas duduk dari kursi kerja dengan tinggi lutut duduk pekerja, dan
hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran tinggi kursi kerja I adalah dengan tinggi
89 cm, lebar 37 cm, panjang 44 cm, tinggi sandaran punggung 33 cm dan tinggi
alas duduk 50 cm. Pada kursi kerja II dengan tinggi 90 cm, panjang 44 cm, lebar
37 cm, tinggi sandaran punggung 33 cm dan tinggi alas duduk 47 cm. Pada kursi
kerja III dengan tinggi 90 cm, panjang 45 cm, lebar 37 cm, tinggi sandaran
punggung 33 cm dan tinggi alas duduk 46 cm. Pada kursi kerja VII dengan tinggi
90 cm, panjang 44 cm, lebar 37 cm, tinggi sandaran punggung 33 cm dan tinggi
alas duduk 46 cm. Pada kursi kerja VIII dengan tinggi 89 cm, panjang 46 cm,
lebar 39 cm, tinggi sandaran punggung 34 cm dan tinggi alas duduk 47 cm. Pada
kursi kerja IX dengan tinggi 90 cm, panjang 46 cm, lebar 39 cm, tinggi sandaran
punggung 34 cm dan tinggi alas duduk 47 cm. Pada kursi kerja XI dengan tinggi
89 cm, panjang 45 cm, lebar 36 cm, tinggi sandaran punggung 33 cm dan tinggi
alas duduk 49 cm. 3. Pemeriksaan Nyeri Punggung Bawah Pemeriksaan nyeri
punggung bawah dilakukan oleh tenaga Fisioterapis. Tabel 4.3. Distribusi
Karakteristik Menurut Keluhan Nyeri Punggung Bawah Responden No Keluhan Nyeri
Punggung Bawah F % 1 Mengalami Nyeri 17 85 2 Tidak Mengalami Nyeri 3 15 Total
20 100 Sumber: Data Primer 2012 Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mengalami nyeri sebanyak 17 orang (85%). 4. Perbedaan Keluhan
Nyeri Punggung Bawah Pada Penggunaan Kursi Kerja Ergonomis dan Non Ergonomis.
Tabel 4.4 Analisis Perbedaan Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah Dengan
Pengggunan Kursi Ergonomis dan Non Ergonomis Kursi kerja Keluhan Punggung Bawah
Sig (2-sided) Mengalami Nyeri Tidak Mengalami Nyeri n % n % Ergonomis 5 29,4 2
66,7 0,270 Non Ergonomis 12 70,6 1 33,3 Total 17 100 3 100 Sumber: Data Primer
2012 Dari tabel 4.4 di atas dapat dapat dilihat bahwa pada hasil pengujian
statistik nilai Sig (2- sided) 0,270 > 0,05, berarti tidak ada perbedaan
antara keluhan nyeri punggung bawah dengan penggunaan kursi kerja ergonomis dan
non ergonomis, dengan demikian bahwa responden mengalami nyeri punggung bawah
pada penggunan kursi kerja ergonomis dan non ergonomis. PEMBAHASAN 1.
Karakteristik Penelitian Jumlah tenaga kerja yang menjadi responden pada
penelitian ini adalah 20 orang pembatik. Responden yang paling banyak berada
pada usia > 40 tahun terdapat 14 orang (70,0%), dan paling sedikit berada
pada usia < 25 tahun terdapat 2 orang (10,0%). Menurut Tarwaka dkk (2004),
umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu
dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun (7) . Pada umur > 40 tahun
kekuatan otot, kemampuan sensoris-motoris akan menurun. Menurut Sudoyo dkk
(2006) nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan usia.
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka pada usia dekade ke dua dan
insiden tinggi dijumpai pada dekade ke lima (8) . Responden yang bekerja ≤ 8
jam perhari terdapat 18 orang (90,0%). Menurut Suma’mur (1996), lamanya
seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 – 8 jam, memperpanjang
waktu kerja lebih dari kemampuan biasanya terlihat penurunan produktivitas
serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit akibat kerja dan
kecelakaan (`9) . 2. Pengukuran Kursi Kerja Pembatik Hasil pengukuran kursi
kerja dan antropometri responden tinggi badan, tinggi duduk, tinggi siku duduk,
tinggi pinggul duduk, tinggi lutut duduk, panjang tungkai atas dan panjang
tungkai bawah dengan rata-rata dan standar deviasi maka kursi kerja yang sesuai
atau kursi yang ergonomis dari adalah 7 kursi. Nurmianto (2008), perancangan
tempat kerja merupakan suatu aplikasi data antropometri, tetapi masih
memerlukan dimensi fungsional secara statis (2) . 3. Pemeriksaan Nyeri Punggung
Bawah Pemeriksaan nyeri punggung bawah responden oleh tenaga fisioterapis
terakreditasi. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui perbedaan keluhan nyeri
punggung bawah pada pembatik yang menggunakan kursi ergonomis dan non
ergonomis. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
dari 20 responden yang diperiksa 17 orang diantaranya mengalami nyeri dan 3
orang tidak mengalami nyeri. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan yang
dilakukan pada pembatik. Responden yang mengalami nyeri punggung 5 orang sudah
menggunakan kursi kerja ergonomis. Sedangkan 12 responden lainnya masih
menggunakan kursi kerja non egonomis. 4. Perbedaan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Pada Penggunaan Kursi Kerja Ergonomis dan Non Ergonomis Berdasarkan hasil
penelitian bahwa hasil pengujian statistik dengan Fisher Exact Test, taraf
signifikansi α 5 %
(0,05), jika Sig < 0,05 hasil
penelitian menunjukkan nilai Sig (2-sided) 0,270 > 0,05, dengan demikian
dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikansi antara keluhan
nyeri dengan penggunaan kursi kerja ergonomis dan non ergonomis. Hal ini sejalan
dengan penelitian Mete (2010), tentang perbedaan tingkat kelelahan dengan
penggunaan stasiun kerja ergonomis dan non ergonomis pada karyawan bagian
produksi ironing di PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta (11) , hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perbedaan yang signifikan
antara tingkat kelelahan dengan penggunaan stasiun kerja ergonomis dan non
ergonomis dengan nilai sig 2- tailed 0,242. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedan antara tingkat nyeri punggung bawah dengan penggunaan
kursi krja eronomis dan non ergonomis, hal ini dapat dipengaruhi karena masa
kerja responden sebagian besar ≥ 10 tahun, dimana penggunaan kursi kerja yang
ergonomis ≤ 1 tahun. Hal ini terlihat bahwa dari 7 responden yang menggunakan
kursi kerja ergonomis 5 diantaranya mengalami nyeri. Responden yang sudah
menggunakan kursi kerja ergonomis sebagian belum menerapkan sikap bekerja duduk
yang baik. Maka perbedaan keluhan nyeri punggung bawah antara pembatik yang
menggunakan kursi kerja ergonomis dan non ergonomis menjadi tidak signifikan.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang dapat dilihat
dari hasil uji Fisher Exact test dengan melihat nilai Sig (2-sided) 0,270 >
0,05, dengan demikian dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikansi antara keluhan nyeri dengan penggunaan kursi kerja ergonomis dan
non ergonomis. B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan UNRIYO Menjadi bahan
pertimbangan membuat kebijakan dalam hal meningkatkan kesehatan pekerja melalui
kerjasama dengan perusahaan-perusahaan untuk memberikan pengetahuan tentang
pentingnya meningkatkan kesehatan pekerja melalui penyuluhan bagi pekerja. 2.
Bagi Pabrik Batik Plentong Yogyakarta a. Meningkatkan pengetahuan pekerja
tentang nyeri punggung bawah dengan melakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan
yang punya kompetensi di bidangnya untuk mengadakan penyuluhan tentang penyakit
akibat kerja. b. Pabrik juga diharapkan menyediakan kursi kerja ergonomis yang
lebih banyak lagi, sehingga pekerja lebih nyaman dan diharapkan meningkatkan
produktivitas pekerja. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan
tentang nyeri punggung bawah, sebagai dasar untuk memberikan kontribusi nyata
pengabdian kepada masyarakat yaitu dalam meningkatkan pengetahuan pekerja
tentang nyeri sehingga penyakit akibat kerja bisa diminimalisir. 4. Bagi
Peneliti Selanjutnya Dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan nyeri punggung bawah seperti
umur, lama kerja, masa kerja, riwayat penyakit, status gizi, jenis kelamin dan
kelainan musculoskeletal sehingga akan melengkapi hasil penelitian ini. DAFTAR
PUSTAKA (1) Santoso, A. (2009). Analisis Penerapan Aspek Ergonomis Pada
Perancangan Kursi Di Laboratorium Dasar Elektronika Berbasis Teknologi
Informasi. “Jurnal Ilmiah Program Studi Teknik Telekomunikasi Dan Navigasi
Udara”. Tangerang : Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia. (2) Nurmianto, E.
(2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: Guna Widia (3) Nilamsari,
N. (2004). Pengaruh Posisi Duduk Terhadap Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada
Pengemudi Rosalia Indah Travel-Solo. “Tesis Program Studi Hiperkes/Ilmu
Kesehatan Kerja Jurusan Ilmu-ilmu Kesehatan”. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada (4) Samara. Dkk. (2005). Sikap Membungkuk Dan Memutar Selama Bekerja
Sebagai Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah. “Jurnal Juli-September Departemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja PT. Unilever”. Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti. (5) Pratiwi, dkk. (2009). Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal Promosi
Kesehatan Vol.4/No.1/Januari 2009. Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro. (6) Suma’mur. (1994). Higiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja, Jakarta: Sagung Seto (7) Tarwaka. dkk., (2004). Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Uniba Press (9)
Sudoyo, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (10) Suma’mur. (1996). Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV Haji Masagung (12) Mete, K. L.
(2010). Perbedaan Tingkat Kelelahan dengan Penggunaan Stasiun Kerja Ergonomis
dan Non Ergonomis Pada Karyawan Bagian Produksi Ironing Di PT. Mataram Tunggal
Garment Yogyakarta. “Skripsi Prodi S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan”. Yogyakarta: Universitas Respati Yogyakarta
Download DOCX
Other Research By Author
c
Tidak ada komentar:
Posting Komentar