Entri Populer mengenai surat ijin mengemudikan kendaraan bermotor

Flag Counter

Rabu, 29 Januari 2014

Arti kata picing dalam marketing. pitching adalah istilah yang biasa dipakai dalam industri periklanan. pitching artinya tidak berbeda dengan 'tender'

087776150310 Toko alat pijat dan terapi kesehatan harga grosir dan eceran pasar gembrong baru pusat mainan cipinang besar selatan jakarta timur lantai basement no 11 lokasi soal dan teori pertanyaan sales marketing penjualan alat kesehatan keliling dor to door persaingan bisnis semakin sengit dan panas. semuanya nampak semakin lapar. siapa saja yang tidak mampu bertahan, biro iklannya akan segera lenyap dari muka bumi. pitching tanpa aturan. klien dengan santainya mengundang belasan kalau perlu puluhan biro iklan untuk ikut pitching. perang harga tidak dapat dielakkan lagi. sudah jadi rahasia umum bahwa sebuah biro iklan multinasional besar bisa menawarkan harga lebih rendah dari biro iklan lokal. perusahaan akan mengundang beberapa biro iklan untuk diadu, baik dari segi kreatif maupun dari segi harga. kalah pitching bukan kiamat. ada faktor media, ada faktor harga, ada faktor fulus di bawah meja, ada faktor nepotisme dan tidak kalah mendominasi adalah faktor keberuntungan. Cara Melakukan Analisa Kebutuhan Pelatihan - TNA Tips Mendapatkan Pekerjaan dengan Mudah Iklan Budaya Menabung Untuk Menarik Banyak Nasabah Promosi Jitu Perbankan dengan Tabungan Berhadiah Prinsip Kunci dalam Mengelola Manajemen Perbankan Inilah realitas hidup yang harus kita hadapi. dan jangan lupa untuk mawas diri! tidak terpilih tidak sama artinya dengan kalah tidak terpilih tidak sama artinya dengan kita lebih jelek Marketing mix harus selalu dapat bersifat dinamis, selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal maupun internal. Faktor eksternal yaitu faktor diluar jangkauan perusahaan yang antara lain terdiri dari pesaing, teknologi, peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, dan lingkungan sosial budaya. Sedangkan faktor internal adalah variabel-variabel yang terdapat dalam marketing mix yakni : Product (produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan Promotion. Slide powerpoint presentasi yang sangat bagus mengenai marketing strategy dapat dilihat DISINI. Pengertian marketing mix menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Principles of Marketing, adalah : “Marketing mix is the set of marketing foola that the firm uses to pursite its marketing objectives in the target market”. Sedangkan, pengertian marketing mix menurut William J. Stanston, dalam bukunya yang bertajuk Fundamentals of Marketing, adalah : “Marketing mix is the term that is used to described the combination of the four inputs that constitute the core of an organization’s marketing system. These four elements are the product offering, the price structure, the promotion activities, and the distribution system”. Dari definisi-definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa marketing mix merupakan kombinasi dan empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan seefektif mungkin. Variabel-variabel tersebut dapat dikelompokkan menajdi empat kelompok utama yang dikenal dengan 4 p’s yaitu : a. Product (Produk) b. Price (Harga) c. Promotion (Promosi) d. Place (Tempat) Secara garis besar keempat variabel tersebut dapat dijelaskan melalui penjelasan masing-masing sebagai berikut : a. Product (Produk) Definisi produk menurut Philip Kotler adalah : “A product is a thing that can be offered to a market to satisfy a want or need” . Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. b. Price (Harga) Definisi harga menurut Philip Kotler adalah : “price is the amount of money charged for a product or service. More broadly, price is the sum of all the value that consumers exchange for the benefits of having or using the product or service”. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa. Sedangkan Stanton mendefinisikan harga: “Price is the amount of money and or goods needed to acquire some combination of another goods and its companying services”. Pengertian di atas mengandung arti bahwa harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang yang lain yang disertai dengan pemberian jasa. Harga merupakan elemen dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana suatu saat harga akan stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat juga meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan dari penjualan. Perusahaan menetapkan suatu harga dengan melakukan pendekatan penetapan harga secara umum yang meliputi satu atau lebih diantara tiga perangkat perimbangan berikut ini yakni: 1. Cost-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan biaya) (a) Cost-Plus-Pricing (Penetapan harga biaya plus) Metode ini merupakan metode penelitian harga yang paling sederhana, dimana metode ini menambah standar mark-up terhadap biaya produk. (b) Break Even Analysis and Target Profit Pricing (Analisis peluang pokok dan penetapan harga laba sasaran). Suatu metode yang digunakan perusahaan untuk menetapkan harga apakah akan break even atau membuat target laba yang akan dicari. 2. Value-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan nilai) Metode ini menggunakan satu persepsi nilai dari pembeli (bukan dari biaya penjualan) untuk menetapkan suatu harga. 3. Competition-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan persaingan) (a) Going-rate Pricing (Penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku) Perusahaan mendasarkan harganya pada harga pesaing dan kurang memperhatikan biaya dan permintaannya. Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih rendah dan pesaing utamanya. (b) Scaled-Bid Pricing (Penetapan harga penawaran tertutup) Perusahaan menetapkan pesaing dan bukan berdasarkan hubungan yang kaku atas biaya atau permintaan perusahaan. c. Promotion (Promosi) Definisi menurut Stanton adalah :“Promotion mix is the combination of operasional selling, sales person, public relation. These are the promotional tools that help an organization to achieve its marketing objective”. Sedangkan menurut Kotler yang dimaksud dengan promosi adalah : “Promotion includes all the activities the company undertakes to communicate and promote its product the target market”. Menurut Philip Kotler promotion tools didefinisikan sebagai berikut : 1. Advertising (Periklanan) Suatu promosi barang atau jasa yang sifatnya non personal dilakukan oleh sponsor yang diketahui. 2. Personal selling (Penjualan perorangan) Penjualan perorangan yang dilakukan oleh para wiraniaga yang mencoba dan membujuk untuk melakukan penjualan sekaligus. 3. Sales promotion (Promosi penjualan) Suatu kegiatan yang dimaksud untuk membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu perusahaan. 4. Public relation (Publisitas) Suatu kegiatan pengiklanan secara tidak langsung dimana produk atau jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media komunikasi. d. Place (Tempat atau distribusi) Definisi menurut Philip Kotler mengenai distribusi adalah : “The various the company undertakes to make the product accessible and available to target customer”. Berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena dalam bidang jasa sering kali tidak dapat ditentukan tempat dimana akan diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas. Sebagai salah satu variabel marketing mix, place / distribusi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat. Slide powerpoint presentasi yang sangat bagus mengenai strategi pemasaran - See more at: http://rajapresentasi.com/2009/04/strategi-pemasaran-dan-bauran-pemasaran/#sthash.QX8uMtfU.dpuf Ini mungkin artikel yang nggak menarik. Tapi setidaknya menggelitik hati saya. Maklum naluri Marketing saya tergugah mengenai hal ini. Anda tentu tahu produk Attack dari P&G (Procter and Gamble) [maaf jika salah]. Produk pencuci pakaian ini kini mengeluarkan Sub Merek baru yaitu Eazy. Seperti iklannya, Eazy ini dapat mencuci lebih ringan (enteng) karena dengan zat agent tertentu membuat Eazy ini sangat mudah (easy) digunakan untuk mencuci. Mereka (produsen&distributor) mengklaim bahwa Attack Eazy ini dapat mencuci lebih ringan bagai di bantu oleh 12 tangan. Lalu, pernah lihat iklan di televisi yang diperankan oleh Farhan dengan setting sebuah pertunjukan tari Bali? Dimana beberapa penonton tari tersebut bahkan si penarinya pun ikut terbingungkan ketika mendengar bunyi “cek kucek kucek kucek kucek……” yang ternyata suara Farhan dari megaphone. Yang sedang memperagakan mencuci dengan sebuah detergen produksi Unilever ber merek Surf, yang juga melahirkan turunan yakni Surf Easy. Produk ini juga dengan slogan yang sama yaitu mencuci lebih ringan dan mudah seperti dibantu oleh 10 tangan (jika Attack 12 tangan). Intinya, kedua produk ini mengeluarkan turunan produk dengan spesifikasi yang sama, jenis yang sama dan slogan yang sama. Hanya bedanya, Eazy=12 tangan, Easy=10 tangan. Ini menjadi sebuah pertanyaan dalam hati saya. Kok bisa, sebuah ‘inovasi’ muncul dari dua kubu secara bersamaan. Kesengajaan? Kebetulan? Atau kebocoran? Hanya mereka yang tahu. Karena hal ini berbeda ketika Attack mengeluarkan Attack plus Softener, yang diikuti oleh SoKlin Softergen dan Rinso Molto namun dalam rentang waktu yang cukup lama. Ya, itulah yang menggelitik hati saya. Penetrasi. Ya, kata ini sering bikin tegang. Kebanyakan orang memang mengartikan kata ini sebagai tegang. dr. Boyke Dian Nugraha SpOG, dr. Naek L Tobing dan beberapa Dokter Spesialis Obstetricus dan Ginaekolog sering membahas ini dalam seminar-seminar mengenai (maaf) seks. Ini sering dibahas karena merupakan persoalan penting buat negara.. hahaha.. Sebab penetrasi adalah langkah awal terjadinya sebuah negara… hahaha (lagi)… Namun banyak orang (laki-laki tentunya) mempunyai masalah dengan hal ini. Sehingga sering terjadi kemelut negara (baca: rumah tangga) karena disfungsi ini. Biasanya sang nara sumber dalam seminar menjawabnya dengan memberi ulasan bahwa untuk hal tersebut di butuhkan kondisi psikologi yang sehat, badan yang fit dsb.. (saya kurang begitu paham, alhamdulillah negara saya aman). Minum jamu, pijat refleksi, olah raga yang cukup, istirahat yang cukup sering menjadi solusi bagi penderita disfungsi penetrasi ini… Begitulah versi dr. Boyke dkk. Lain lagi dengan penjelasan Prof. Hermawan Kertajaya, pemilik Konsultan Marketing Mark Plus ini sering juga berbicara di seminar-seminar membahas masalah Penetrasi ini. Karena masalah ini juga sering kali membuat tegang para pelakunya. Terutama Salesman dan Marketing. Sebab penetrasi atau pemerataan produk merupakan ujung tombak keberhasilan sebuah usaha distribusi. Pendeknya, penetrasi disini artinya pemerataan produk. Nah, panjangnya pemerataan produk yang dilakukan perusahaan distribusi ternyata tidaklah simpel seperti yang kita bayangkan. Ambil contoh seorang salesman mendapatkan target dari pimpinannya senilai seratus juta perbulan, misalnya. Bayangan orang awam bisa saja begini, “halah, yang penting di jual barang habis pulang bawa uang”. Bukan….. Bukan semudah itu. Dalam sistem distribusi ternyata ada rumus yang sangat detail dan rumit (jika belum familiar). Tidak hanya berupa value atau nilai penjualan saja yang diperhitungkan. Ada rumus lain. Seperti; NPL (New Product Launching), yaitu target khusus untuk produk yang baru saja di launching perusahaan tersebut. OA (Outlet Aktif), yaitu target khusus mengenai jumlah toko yang aktif melakukan pembelian minimal sekali dalam seminggu, atau sebulan tergantung frekwensi repeat kunjungannya. EC (Effective Call), yaitu jumlah kunjungan yang menghasilkan transaksi dalam sehari. Karena dari kunjungan 100 (misal) dalam sehari yang melakukan pembelian belum tentu semua. Jumlah yang membeli inilah yang di sebut Effective Call. Ada juga produk yang masuk kategori Fast Moving atau produk yang mudah laku. Slow Moving yang berarti sebaliknya. Ada juga target mengenai jumlah uang masuk termasuk tagihan atau Collection. Terutama bagi Distributor yang memberi kemudahan relasi dengan cara kredit. Terkadang -semisal- sisa kredit Toko Pak Salim masih 12 juta, tapi Pak Salim order barang lagi senilai 10 juta padahal Pak Salim hanya membayar titipan tagihan 4 juta. Ini berarti pencapaian target Collection atau tagihan mleset. Jadi kalau kita mendapatkan target penjualan kacang dengan berbagai bentuk, ukuran, kualitas dan harga, tidak bisa kita terus mengatakan begini, “halah, yang laku kan kacang atom 500an, udah aja jual yang 500an itu sebanyak-banyaknya, yang penting nyampe seratus juta”… Tidak bisa begitu… Begitulah, penetrasi menurut Mark Plus ternyata tidaklah mudah. Tak semudah pengertian menurut dr. Boyke. Setidaknya itulah yang saya dapat dari pengalaman kerja saya di distributor produk Kacang Atom kebanggan Kota saya. Beberapa waktu yang lalu kita pasti familiar dengan frase ‘pitch control’. Ya, gabungan dua kata tersebut pernah booming dikalangan semua orang. Frase tersebut merupakan dampak dari euforia program Talent Search yang diadakan beberapa stasiun televisi Swasta di Indonesia. Adalah Trie Utami yang akrab disapa Mbak I’i yang tanpa sengaja mempopulerkan frase tersebut. Mbak I’i memang mendapatkan tugas untuk mengomentari setiap peserta AFI (Akademi Fantasi Indosiar) setelah selesai membawakan sebuah lagu untuk dinilai kualitas suaranya. Selain frase tersebut juga sering sekali terlontar frase seperti Range Vokal, Penjiwaan, Penguasaan Panggung, Ekspresi dan lain sebagainya. Tapi bukan itu yang akan saya kupas disini. Tapi hanya ‘frase pitch’ control saja. Pitch control menurut Mbak I’i adalah kontrol atau pengendalian terhadap lontaran suara saat bernyanyi. Ini berhubungan dengan irama lagu, ritme musik, intonasi dan lain sebagainya mengenai suara. Terkadang suara musik terdengar lebih keras dibanding dengan suara vokal penyanyi. Ini bisa karena volume musik terlalu tinggi, tapi juga karena pitch control tadi yang kurang. Namun, akan lain halnya jika pitch control ini di bahas oleh Robert T Kiyosaki, Tanadi Santoso atau Hermawan Kertajaya. Mereka juga punya istilah ini. Namun dengan pengertian yang berbeda. Pitch tetap berarti lemparan atau lontaran. Namun kali ini bukan suara yang di lemparkan tetapi barang atau produk komoditi. Alias barang yang di jual. Di WWI ( World Wide Industries/Wholesale Warehousing Industries=entah mana yang asli), sebuah perusahaan Direct Selling asal Singapura yang di bawa ke Indonesia oleh seorang bule bernama Jhon Ranking dan seorang lagi yang saya lupa namanya, lalu di Indonesia berubah menjadi dua divisi yaitu PT. Tira Pustaka dan PT. Karyadaya Rekatama, istilah pitching atau to pitch menjadi menu sehari-hari. Setiap pagi diadakan briefing mengenai pitching, why to pitch atau bagaimana melempar (konotasi dari menjual) barang. Bagaimana cara kita mempengaruhi kastemer agar produk kita bisa terlempar (terjual). Disana diajarkan metode 5 (lima) langkah penjualan. 1. Pendahuluan, meliputi senyum, salam, dan sapa. 2. Presentasi, meliputi kualitas barang, harga, keunggulan dsb. 3. Cerpen ( cerita pendek/short story) mengenai beberapa orang yang telah membeli, harga hanya hari ini, ini produk launching dengan harga khusus, atau bahkan ini produk cuci gudang dengan harga diskon dan sebagainya. 4. Closing, penutupan dengan cara memberi pushing terhadap kastemer agar membeli saat itu juga. Dengan memberi pertanyaan yang jawabannya hanya satu. “iya”. Seperti pertanyaan begini, Ibu mau pilih yang Hijau atau yang Merah? Bapak mau beli yang Kenzo atau Davidoff? dsb.. Disini kita dilarang atau harus menghindari pertanyaan yang jawabannya “ya” dan “tidak”. Seperti, Gimana Bu, mau beli sekarang atau besok? Atau, Gimana Pak jadi beli parfumnya? dsb. 5. Rehash, penawaran kembali produk pendamping. Biasanya Direct Sales seperti ini tidak hanya membawa satu jenis barang, melainkan banyak. Ini biasanya mereka jual secara paket atau menawarkan produk lainnya setelah produk pertama terjual. Tujuannya adalah agar pada saat transaksi, tidak hanya satu barang saja yang terjual. Demikian pengertian pitch control bagi beberapa orang yang pengertiannya berbeda. Ada juga sebuah kata yang beda artinya tergantung siapa yang menyebutnya. Yaitu, PENETRASI. Ini akan berbeda arti jika yang membahas dr. Boyke Dian Nugraha SpOG melawan Hermawan Kertajaya dkk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar